Kamis, 17 November 2011

"Perbedaan dan fungsi dari metode PBP (Payback period) dengan metode BEP"

Desy Pinarningrum
240210100102


Dalam mengevaluasi suatu proyek investasi  dapat di gunakan metode-metode untuk menentukan layak atau tidaknya suautu usulan proyek tersebut.  Di antaranya metode analisis payback period dan metode break even point (BEP).

Analisis Payback Period
Payback period adalah suatu metode dalam penentuan jangka waktu yang dibutuhkan dalam menutupi initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan dari proyek tersebut. Semakin pendek payback period dari periode yang disyaratkan perusahaan maka proyek investasi tersebut dapat diterima. Rumus payback period adalah sebagai berikut :
 Keunggulan dan Kelemahan Payback Period
Keunggulan :
Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi.  Selain itu kelebihan metode payback period ini adalah bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya, serta dapat pula digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.
Kelemahan :
Metode payback period tidak memperhitungkan time value of money (nilai waktu akan uang), dan tidak mempedulikan cash flow yang diperoleh setelah payback period, serta tidak memperhatikan pula keuntungan yang diperoleh setelah payback period.

Break-Even Point (BEP)
Break-Even Point (BEP) atau titik impas adalah merupakan tingkat penjualan di mana laba bersih sama dengan nol. Dengan kata lain, titik di mana penjualan sama dengan biaya variabel total ditambah biaya tetap total, dan margin kontribusi yang sama dengan biaya tetap.
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk sekaligus. Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk menggunakan fasilitas yang sama. Seperti alfamart di dalamnya tidak hanya sekedar menjual cokelat SILVER QUEEN. Disadari maupun tidak sekarang adalah diketahui bahwa menghitung BEP lebih dari satu produk sedikit sukar. Kesukaran muncul karena kekaburan biaya tetap untuk masing-masing produk. Namun kesukaran demikian telah terpecahkan melalui perhitungan bukan untuk per jenis produk melainkan semua produk yang terlibat menggunakan kontribusi penjualan setiap produk
  
Kesimpulan
Maka, dapat di simpulkan bahwa perbedaan yang terlihat dari penjelasan di atas adalah pada metode pbp (payback period) melibatkan nilai investasi sedangkan untuk nilai BEP melibatkan total cost yang mencakup investasi, biaya operasi dan pemeliharaan.



Kamis, 10 November 2011

"Membandingkan Nilai NPV dengan Nilai P"

Nama   :     Desy Pinarningrum
NPM   :      240210100102


Analisis Kriteria Investasi


Hasil perhitungan criteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentruk present value selama umur ekonomis. NPV adalah net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor. 

Membuktikan nilai NPV sama dengan nilai P yang dicari dengan cash flow dari contoh soal sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk membangun industri pengolahan hasil pertanian, diketahui:

Dana investasi: Rp. 35.000.000, dialokasikan selama 2 tahun, yaitu tahun persiapan Rp. 20.000.000, dan tahun pertama Rp. 15.000.000,. Kegiatan pabrik dimulai setelah tahun ke2 dari pengembangan kontruksi. Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan rekapitulasi dari berbagai biaya pada tahun kedua sebesar Rp 5.000.000, per tahun dan untuk tahun-tahun berikutnya seperti pada tabel 1. Benefit dari kegiatan industri ini adalah jumlah produksi dari pengolahan hasil-hasil pertanian. Kegiatan produksi dimulai pada tahun kedua dengan jumlah penghasilan Rp 10.000.000, sedang tahuntahun berikutnya seperti terlihat pada tabel 1. Berdasarkan data di atas, apakah rencana pembukaan industri yang mengolah hasil pertanian tersebut layak untuk dikembangkan bila dilihat dari segi NPV dengan diskon faktor sebesar 18%?
Tabel 1. Persiapan Perhitungan NPV
Tahun
Investasi
Biaya Operasi
Total Cost
Benefit
Net Benefit
D.F. 18%
Present Value
0
20.000
-
20.000
-
-20.000
1,0000
-20.000
1
15.000
-
15.000
-
-15.000
0,8475
-12,713
2
-
5.000
5.000
10.000
5.000
0,7182
3,591
3
-
6.000
6.000
12.000
6.000
0,6086
3,652
4
-
6.000
6.000
14.000
8.000
0,5158
4,126
5
-
7.000
7.000
17.000
10.000
0,4371
4,371
6
-
7.000
7.000
21.000
14.000
0,3704
5,186
7
-
8.000
8.000
25.000
17.000
0,3139
5,336
8
-
9.000
9.000
30.000
21.000
0,2660
5,586
9
-
10.000
10.000
36.000
26.000
0,2255
5,863
10
-
11.000
11.000
43.000
32.000
0,1911
6,115
NPV
11.115,73

Di atas adalah hasil dari NPV. Dibawah ini akan membuktikan dengan cash flow bahwa nilai NPV sama dengan nilai P


Nilai P pengeluaran
P = 20.000 + 15.000 (P/F,18%,1) + 5.000 (P/F,18%,2) + 6000 (P/A,18%,2) (P/F,18%,2) + 7.000 (P/A,18%,2) (P/F,18%,4) + 8.000 (P/F,18%,7) + 9.000 (P/F,18%,8) + 10.000 (P/F,18%,9) + 11.000 (P/F,18%,10)
    =  20.000 + (15.000 x 0,8475) + (5.000 x 0,7182) + (6.000 x 1,5656 x 0,7182) + (7.000 x 1,5656 x 0,5158) + (8.000 x 0,3139) + (9.000 x 0,2660) + (10.000 x 0,2255) + (11.000 x 0,1911)
    =  20.000 + 12.712,5 + 3591 + 6.746,48352 + 5.652,75536 + 2.511,2 + 2394 + 2255 + 2.102,1
    =  57.965,03888



                                                                                       



Nilai P penerimaan
P = 10.000 (P/F,18%,2) + 12.000 (P/F,18%,3) + 14.000 (P/F,18%,4) + 17.000 (P/F,18%,5) + 21.000 (P/F,18%,6) + 25.000 (P/F,18%,7) + 30.000 (P/F,18%,8) + 36.000 (P/F,18%,9) + 43.000 (P/F,18%,10)
    = (10.000 x 0,7182) + (12.000 x 0,6086) + (14.000 x 0,5158) + (17.000 x 0,4371) + (21.000 x 0,3704) + (25.000 x 0,3139) + (30.000 x 0,2660) + (36.000 x 0,2255) + (43.000 x 0,1911)
    = 7.182 + 7.303,2 + 7.221,2 + 7.430,7 + 7.778,4 + 7.847,5 + 7980 + 8118 + 8.217,3
    = 61.647,6

Nilai P bersih
P = P penerimaan – P pengeluaran
   = 69.078,3 - 57.965,03888
   = 11.113,26112

            Jadi dari hasil perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa nilai NPV tidak sama dengan nilai P (present) atau nilai sekarang dengan menggunakan rumus di atas. 

NPV (Net Present Value) adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Dari hasil perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa nilai NPV tidak sama dengan nilai P (present) atau nilai sekarang dengan menggunakan rumus di atas.