NPM : 240210100102
Menjadi seorang pembisnis di Indonesia sudah menjadi hal layak umum yang banyak di kembangkan oleh masyarakat sekitar. Namun perkembangan kewirausahaan di Indonesia, terutama kewirausahaan di bidang pertanian sekarang sudah berbasiskan penerapan teknologi. Daya saing bisnis Indonesia dalam bidang pertanian semakin meningkat, para agrotechnopreuneur harus berani mengambil resiko tinggi pada saat keadaan genting sekalipun.
Dengan itu penerbitan buku ini memberikan andil yang penting dalam memberikan pengetahuan dan menguraikan wawasan, tantangan, dan peluang yang benar-benar nyata yang di hadapi oleh para agrotecnopreuneur yang membahas para agrotechnopreuneur di Indonesia dan di tingkat regional ASEAN.
Para pakar pengusaha yang sudah berhasil mencapai puncak kesusksesan, mengemukakan Istilah dari tecnoopreneur baru mulai masuk sebagai entri pada Merriam Webster Dictionary di tahun 1987, yang merujuk pada kegiatan para pengusaha dalam memanfaat teknologi tinggi ( MWDictionary, 2010 ). Kemudian istilah agropreuneurship adalah berbagai upaya yang di lakukan pihak-pihak, khususnya wirausaha, dalam memnfaatkan peluang industri agribisnis (Brathwaite, 2009).
Untuk menjadi agrotechnopreuneur sejati, seseorang harus menjiwai kompleksitas agribisnis dan agroindustri. Dengan begitu seorang calon agrotecnopreuneur harus memiliki cara berfikir dan bertindak sebagai wirausahawan. Agrotechnopreneurship terdiri atas tiga komponen yang terkait, yaitu kapasitas litbang (penelitian dan pengembangan), kewirausahaan, dan venture capital (lembaga penyedia capital bagi bisnis pemula).
Dalam globalisasi, keunggulan yang harus dimiliki adalah keunggulan kompetitif, yang lahir dari para pengusaha yang inovatif, bukannya dari keunggulan komparatif yang nilai tambahnya kecil. Untuk membangun organisasi agribisnis dan agroindustri yang inovatif, pengusaha wajib memiliki visi, kemampuan memimpin, dan memiliki keinginan inovasi yang kuat. Dalam lingkungan global yang penuh persaingan maka pengusaha yang bijak harus berhati-hati dalam menyusun strategi dalam melaksanakan usahanya. selain dari itu, para manajemen harus tahu bahwa pilar pertumbuhan usaha bukan hanya keuntungan ekonomi semata, tetapi harus memperhatikan kinerja teknologi yang ramah lingkungan, dan lebih memperhatikan tanggung jawab yang tulus, ikhlas, terstruktur, dan terencana dengan baik, bukan karena paksaan atau ancaman keadaan.
Namun di Indonesia masih saja ada permasalahan pertanian dan pangan. Ada beberapa penyebab terjadinya kemunduran dalam revitalis di bidang pertanian, di antaranya kurangnya keterlibatan masyarakat, lambat dalam melaksanakan program, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bisnis di bidang pertanian.
Salah satu dari sekian para agrotechnopreuneur yang berhasil mengembangkan usahanya yaitu keluarga sosrodjojo dalam membangun perusahaan teh botol sosro dengan invensi dan inovasi asli Indonesia. Invensi dan inovasi betkembang sangat pesat dan merupakan salah satu teknologi proses dalam agroindustri. Di mulai dari slawi dengan kesederhanaan, sosro berusaha menembus pasar jakarta. Teh cap botol berhasil mengembangkan inovasi pemasarannya dengan melakukan program Cicip Rasa. Pada saat calon konsumen berkumpul, Teh Cap Botol mulai di seduh untuk di cicipi, tetapi karena menyeduh memerlukan waktu lama yaitu 30 menit. akhirnya mendapat solusi yaitu air teh yang telah di seduh dimasukkan ke dalam botol-botol yang telah di cuci. Pada tahun 1969, keluarga sosrodjojo mulai menjual teh siap minum dalam kemasan botol. untuk lebih memudahkan penjualannya, maka teh Cap Botol lebih di kenal dengan sebutan Teh Botol.
Peluang terwujudnya perbaikan kondisi perdagangan global komoditas pertanian, pada tahun 2010 diperkirakan mulai membaik seiring dengan memulihnya negara-negara dalam mengatasi krisis keuangan global.
Sebagai pemula atau sebagai langkah awal untuk menjadi seorang agrotechnopreneur, buku ini merupakan bacaan yang menarik yang mudah di pahami oleh pembaca yaitu para pelaku bisnis, akademisi, peneliti, pegiat LSM, pengambilan kebijakan strategi, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar